HAKIKAT MANAJEMEN, ORGANISASI DAN LATAR BELAKANG PERLUNYA MANAJEMEN BK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Optimalisasi pelayanan bimbingan dan
konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan BK benar-benar memberikan
kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah yang bersangkutan.
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan
tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelolah dalam suatu sistem
manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri akan banyak ditentukan
oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang ada.
pelaksanakan manajemen bimbingan dan konseling harus dirumuskan secara matang
baik dari segi program pelayanan BK, meneliti hal-hal apa sajakah yang
dibutuhkan oleh para siswa, materi-materi yang harus diajarkan untuk membentuk
kematangan siswa, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling,
dapat merumuskan dengan baik tatalaksana bimbingan dan konseling, dan
mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.
Manajemen
bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan
dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan
dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia
untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan dan
konseling mencapai tujuan serta mengevaluasi
kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengetahui apakah semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui
bagaimana hasilnya.
Manajemen
pendidikan adalah suatu proses atau sistem pengelolaan Manajemen pendidikan
sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan dalam
kaitannya dengan suatu sistem pendidikan.
Digunakan
istilah manajemen sekolah, terjemahan dari “school management” dan akan melihat
bagaimana manajemen substansi-subtansi pendidikan di suatu sekolah atau
manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan
benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerjasama untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam implementasi
manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah
itu sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan manajemen?
2. Apa
yang dimaksud dengan organisasi?
3. Jelaskan
yang dimaksud dengan manajemen bimbingan dan konseling?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Manajemen
Manajemen
sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. dikatakan sebagai ilmu oleh
Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang berkerja sama.
dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajem en mencapai sasaran melalui cara-cara
dengan mengatur orang lain menjalnkan dalam tugas. dipandang sebagai profesi
karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manejer, dan para profesioanal dituntun oleh suatu kode etik.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi
pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu : perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan. oleh karena itu, manajemen
diartikan sebagai proses merencana ,mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan
upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara
efektif dan efisien.Majemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”. Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip
oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : “Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Secara khusus dalam
konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen
pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan
sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil
dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Sementara
itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai
rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan
formal”. Meski
ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang
bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat
ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3)
manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen
sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan
dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi yang
didapat, oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan
suatu sistem, artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di
dalamnya terdapat komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang
tua siswa, masyarakat, pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi
optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Telah diuraikn bahwa kepala sekolah dapat berpera sebagai
administrator manager dan supervisor. Ini berarti organisasi sekolah
melaksanakan administrasi, managemen dan supervise. Begitu pula dengan
organisasi-organisasi lain pada hakikatnya melaksanakan 3 aktivitas tersebut.
Keluarga misalnya adalah organisasi yang melaksanakan administrasi, yaitu suatu
aktivitas yang mengupayakan kesejahteraan keluarga lahir batin, termasuk
memberi pendidikan kepada putera puteri mereka. keluarga juga melakukan manajemen
pendidikan tatkala ereka memikirkan buku-buku apa yang perlu disediakan untuk
anak-anak, permain permainan macam mana yang baik, baik cara mendisiplin anak
dan sebagainya. Dan dalam proses pendidikan itu silih berganti bapak dan ibu
melakukan supervisi.
Kita kembali pada manajemen yang
teradi dalam organisasi pendidikan formal. Walaupun dalam contoh disebutkan ada
1 manajemen disekolah yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, namun pada
hakikatnya managemen itu ada pada setiap unit kerja sekolah atau perguruan
tinggi. Dalam perpustakaan sekolah misalnya ada juga manajernya sebab ia dapat
dipandang sebagai 1 organisasi yaitu bagian dari organisasi sekolah.Begitu pula
halnya dengan unit Bimbingan dan Konseling, Unit laboratorium dan semunya
memiliki manajemen. Apalagi unit-unit kerja diperguruan tinngi lebih luas
daripada organisasi sekolah. Namun dalam praktek sehari-hari, kepala-kepala
unit kerja itu tidak biasa disebut manajer sehingga seolah-olah disitu tidak
ada manajemen, walaupun mereka melakukan pekerjaan manajer.
Dari uraian diatas dapat diketahui
bahwa tugas manajer ialah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum
memulai pekerjaan. Pendapat tentang macam ugas itu tidak sama bagi semua ahli.
Perbedaan pendapat ini rupanya dipengaruhi oleh perkembangan administrasi
dengan manajemen sebagai salah satu aktivitasnya beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut. Mula-mula fungsi manajemen banyak ragamnya
seperti merencanakan, mengorganisasi, menyusun staff, mengarahkan,
mengkoordinasi dan mengontrol, mencatat dan melaporkan dan menyusun anggaran
belanja. Selanjutnya Hersey (1978 h. 4) hanya menyebut empat fungsi saja yaitu
merencanakan, mengorganisasi, memotivasi dan mengontrol.
Supaya lebih jelasnya tugas manajer
akan dibandingakan dengn supervistor. Supervisi ialah proses pembibingan dari
pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang
berlangsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar dengan maksud mencapai tujan yang diinginkan. Memperhatikan tujuan
supervise diatas, maka tugas para supervisor adalah membina terutama guru-guru
dalam membimbing siswa-siswa belajar dan menyiapakn fasilitas belajar mereka.
Supervisor juga melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan manajer. Supervisor
merencanakan usaha-usaha untuk memperbaiki kekeliruan guru, mengrahkan guru
yang kurang berdedkasi, dn mengotrol pekerjaan guru tersebut. Pekerjakan oleh
manajean supervisor terbatas kepada suatu lingkup guru yang iya bina. sedangkan
pekerjaan guru itu sendiri sudah digariskan oleh manajer
Di sekolah pekerjaan manajer dan
supervisor dirangkap oleh kepala sekolah sebagai administrator. Tetapi di
perguruan tinggi pekerjaan manajer dilaksanakan oleh rector dan para dekan,
sedangkan pekerjaan supervisor oleh para ketua jurusan yang langsung membawahi
para dosen jurusan. Hal ini sesuai dengan pendapat baru bahwa supervise itu
dilakukan oleh administrator terdepan.( Robbins 1982, h.332)
Pengawasan terakhir ialah bermaksud
menilai proses pendidikan dan hasil pendidikan. Manajer melakukan control
apakah proses dan hasil pendidikan itu sudah sesuai dengan rencana semula atau
dengan revisinya, secara kualitatif maupun kuantitatif.kontrol terhadap proses pendidikan mencakup materi
pelajaran yang diberikan, media yang dipakai, metode belajar dan mengjar,
pengendlian kelas dan cara guru menilai siswa. Kegiatan ini dilakukan pada
akhir semester dan akhir tahun ajaran/tahun kuliah. Hasil pengawasan ini juga
dipakai umpan balik bagi manajer atau tim manajer utuk penyusunan aktivitas
sesemster/tahun berikutya.
Dari uraian diatas, ternyata
manajemen merupakan aktivitas yang paling menentukan. sebab ia ibarat
perintis,pemicu dan pengontrol adalah juga berada ditangannya. manajemen adalah
pusat administrasi, adminitrasi berawal dan berakhir pada manajemen. Manajemen
adalah inti administrasi. karena tugas manajemen merupakan bagian utama
administrasi, dengan tugas-tugasnya yang paling menentukan administrasi. Inilah
yang merupakan hakikat manajemen, suatu aktivitas yang menjadi pusat
administrasi, pusat atau inti kerjasama antar anggota organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetpakn sebelumnya.
Proses kerja dengan dan atau melalui
(mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi agar efektif
dan efisien. Aspek utama manajemen sebagaimana diungkapkan everard dan
morris adalah “menyusun arah, tujuan dan sasaran” orientasi cita-cita yang
jelas merupakan pusat bagi pendekatan-pendekatan teoritis dalam manajemen
pendidikan, seperti yang akan kita lihat nanti. Dua contoh berikut
mengilustrasikan poin ini :
§ Mendefinisiskan
tujuan adalah fungsi utama administrasi ( Culberston, 1983, dikutip dari Bush,
1995, hal. 1).
§ Sebuah
organisasi dibangun untuk mencapai cita-cita atau sasaran melalui
aktivitas kelompok ( Cyert, 1975, dikutip dari Bush, 1995, hal. 2 ).
Secara umum, mendefinisikan tujuan dalam pendidikan
merupakan hal yang sederhana ; terkait dengan pembelajaran.
§ Tujuan
manajemen pendidikan adalah untuk memfasilitasi pembelajaran siswa sebagai
sebuah bentuk proses pembelajaran.
Pentingnya manajemen yang efektif dalam organisasi
pendidikan semakin banyak mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak. Sekolah
dan perguruan tinggi akan lebih efektif dalam memberikan pendidikan kepada
siswa atau mahasiswanya jika mereka ter-manage dengan baik. Penelitian
tentang efektifitas sekolah dan perbaikan sekolah di beberapa Negara
menunjukkan bahwa mutu kepemimpinan dan menajemen merupakan salah satu variabel
terpenting untuk membedakan sekolah yang berhasil dan yang tidak ( sammon
et. al.,1994 ).
Caldwell dan spink (1992) mengungkapkan bahwa manajemen
merupakan fenomena internasional; mega-trand. Ini dipertegas oleh
beberapa asumsi berikut ini:
1. Manajer akan lebih responsive
terhadap klien dan komunitasnya jika ia mampu menentukan dan menghasilkan mutu
pendidikan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
2. Manajer akan mampu menentukan adonan
yang tepat untuk sumber daya yang ada (guru, staf, material, peralatan) untuk
mencapai tujuan dan spesifik sekolah.
3. Staf memperoleh insentif yang cukup
dalam memaksimalkan efesiensi dalam penggunaan sumber daya yang ada, karena
penghematan tersebut bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan sekolah dan
perguruan tinggi selanjutnya.Standar mutu ada pada klien, dan orang tua sebagai
wali klien, sementara sekolah merespon kebutuhan-kebutuhan mereka dan mengambil
resiko terhadap kegagalan yang dialami siswa.
B.
Hakikat Organisasi
Organisasi
secara umum disebut dapat diartikan dapat memberi struktur atau susunan yakni
dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama,
dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam
kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan
struktur hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu
pola kegiatan untuk menuju kearaha tercapainya tujuan bersama.
Dengan
kata lain organisasi adalah aktivitas dalam membagi kerja, menggolong-golongkan
jenis pekerjaan, memberi wewenang, menentapkan saluran perintah dan tanggung
jawab kepada pelaksana.
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya punya orgaisasi yang baik agar
tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur
personal di dalam lingkungan sekolah adalah,
kepala sekolah, guru, karyawan, da murid. Disamping itu sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal ada dibawah instansi atasan baik itu dikantor dinas atau
dikantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di Negara kita, kepala sekolah
adalah jebatan tertinggi disekolah itu, sehingga ia kan berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur
organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Organisasi
sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam
menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara
merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi, da wewenang yang telah
ditentukan. Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui
apa tugas dan wewenang kepala sekolah , apa tugas guru, apa tugas karyawan
sekolah (yang biasanya dikenal sebagai tata usaha).
Demikian
juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja)
tertentu seperti bagia UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan ,
bagia kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan
memperlancar jalannya “roda” pendidikan disekolah tersebut.
Dengan
organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan
kekuasaan yang berlebihan (otoriter),
suasanan kerja dapat berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari
semua pihak yang bertanggung jawab. Partisi pasi aktif yang mendidik
(pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairaha murid sendiri yang bergerak
dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu didalam
memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak
boleh dilipakan.
Organisasi
adalah kumpulan orang-orang yang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
bersama sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan
manusia, tentu manusia tidak dapat hidup sendiri di tengah-tengah masyarakat,
artinya selalu berharap adanya bantuan dari pihak lain atau sering disebut
manusia adalah makhluk sosial. Menurut Plato sudah merupakan hakikat hidup manusia
bahwa adanya ketergantungan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya
karena manusia bukan hidup sendiri tetapi hidup bermasyarakat. Tentu diperlukan
jiwa sosial sebagai proses dinamika dan keteraturan hidup.
Pada dasarnya organisasi mengandung beberapa elemen
penting yang memberikan gambaran tentang hakekat organisasi, yaitu:
1. Bahwa organisasi merupakan suatu
kerangka sosial, yaitu kerangka yang menunjukkan hubungan antara individu dalam
organisasi.
2. Bahwa dalam organisasi terdapat
koordinasi yang dirancang untuk mengatur kegiatan kegiatan orang.
3. Bahwa dalam organisasi terdapat
pembagian kerja yang diatur dengan tingkatan otoritas.
4. Seluruh kegiatan ditujukan untuk
kegiatan pencapaian tujuan bersama
Dengan hal tersebut, memang organisasi
memiliki arti yang sangat strategis dan peran yang dapat mengelola kehidupan
manusia agar lebih mempunyai hakikat yang bermakna. Hakikat organisasi pada
dasarnya berorientasi terhadap aspirasi dari pihak-pihak yang memilki
kepentingan terhadap organisasi. Hakikat organisasi menjadi pondasi dasar dan
asas dalam pengelolaan organisasi untuk mencapai tujuannya demi terciptanya
sistem manajerial yang baik. Dapat dikatakan jika suatu organisasi kehilangan
hakikat maka perlu dipertanyakan kontinuitas dari organisasi tersebut.
Lahirnya organisasi akibat adanya
tujuan yang ingin hendak dicapai oleh pihak tertentu karena melihat adanya
urgensi dari keberadaaan organisasi. Organisasi tidak hanya dibutuhkan pada
lingkup yang kecil tetapi juga pada lingkup yang besar terlihat dari motif
didirikannya organisasi. Organisasi yang kita ketahui bersama juga memiliki
tingkatan tertentu tergantung pada tujuan dan objek dari organisasi tersebut.
Contoh dari organisasi yaitu organisasi rumah tangga, organisasi perusahaan,
organisasi kemasyarakatan, organisasi kelompok tertentu, organisasi kesamaan
keyakinan, organisasi kenegaraan, dan lain-lain.
a.
Tujuan Hakikat Organisasi
Oleh karena itu, organisasi memang
harus ada di dalam kehidupan manusia sebagai instrumen yang dapat mempersatukan
manusia dalam proses dinamika dan keteraturan hidup. Dengan lahirnya organisasi
Budi Utomo di Indonesia mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain
yang tentu memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda.
Organisasi-organisasi tanpa manajemen
akan menjadi kacau dan bahkan mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan
jelas dalam situasi yang tidak normal seperti adanya bencana ketika organisasi
sedang tidak teratur maka manajemen sangat dibutuhkan untuk membenahi
organisasi agar menjadi lebih baik. Setiap organisasi memiliki keterbatasan
akan sumber daya manusia, uang dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan mencapai tujuan sebenarnya tergantung pada tujuan yang akan
dicapai dengan cara menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen menentukan
keefektifan dan efisiensi
ditekankan pada
melakukan pekerjaan yang benar.
Efektif mengacu pada pencapaian tujuan
efisien mengacu pada penggunaan sumber daya minimum untuk menghasilkan keluaran
yang telah ditentukan. Bagi manajemen diutamakan efektif lebih dahulu baru
efisien.
Jadi organisasi membutuhkan manajemen terutama
untuk dua hal yang terpenting yaitu:
1. Pencapaian
tujuan secara efektif dan efisensi.
2. Menyeimbangkan
tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menemukan skala prioritas . Salah
satu wujud dari adanya manajemen dalam suatu organisasi adalah terlihat adanya
struktur organisasi.
Struktur organisasi adalah pengaturan
pekerjaan untuk dilaksanakan dalam suatu bisnis. Struktur organisasi
dimaksudkan untuk membantu mewujudkan tujuan bisnis dengan cara mengatur
pekerjaan yang harus dilakukan. Meskipun demikian tidak terdapat satu metode
manajemen yang paling baik untuk mengatur suatu organisasi. Cara mengelola
suatu organisasi disesuaikan dengan kondisi organisasi yang tentu masing-masing
organisasi memiliki ciri dan situasi tertentu.
Penyusunan suatu organisasi formal, yaitu struktur organisasi yang disusun dan dibentuk oleh manajemen puncak, dimulai dengan merumuskan tujuan dan rencana organisasi. Manajemen kemudian menentukan aktivitas pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas-aktivitas yang sudah ditentukan tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa unit kerja. Pengelompokan unit kerja berdasarkan pada kesamaan aktivitas atau k kesamaan proses atau keterampilan yang diperlukan, yang disebut kesamaan fungsional. Masing-masing unit kerja tersebut kemudian diberi aktivitas dan wewenang oleh manajemen untuk melaksanakan tugas masing-masing.
Penyusunan suatu organisasi formal, yaitu struktur organisasi yang disusun dan dibentuk oleh manajemen puncak, dimulai dengan merumuskan tujuan dan rencana organisasi. Manajemen kemudian menentukan aktivitas pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas-aktivitas yang sudah ditentukan tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa unit kerja. Pengelompokan unit kerja berdasarkan pada kesamaan aktivitas atau k kesamaan proses atau keterampilan yang diperlukan, yang disebut kesamaan fungsional. Masing-masing unit kerja tersebut kemudian diberi aktivitas dan wewenang oleh manajemen untuk melaksanakan tugas masing-masing.
b.
Azas-Azas Organisasi
Azas memiliki arti sebagai “ penyebab dasar pikiran daripada terciptanya
sesuatu”.
Dasar pikiran tersebut adalah:
1. Suatu pangkal tolak pikiran untuk
sesuatu kasus.
2. Suatu jalan dan sarana untuk menciptakan
sesuatu tata hubungan atau kondisi yang kita kehendaki.
Ada beberapa jenis azas-azas
organisasi yang dianggap penting dalam menganalisas struktur organisasi:
1. azas perumusan tujuan , pentingnya merumuskan tujuan organisasi adalah untuk:
a. organisasi
tanpa tujuan tidak ada artinya dan hanya penghamburan saja
b. tujuan
dibutuhkan untuk melakukan koordinasi
c. organisais yang
menginginkan persaingan efektif dan tumbuh harus terus menerus diperbaharui
tujuannya
2. azas departementasi, departementasi adalah aktivitas untuk menyusun satuan
satuan organisasi yang akan diserahi bidang kerja tertentu atau fungsi
tertentu. Ada beberapa jenis departementasi :
a. departementasi
berdasarkan fungsi : yaitu pembentukan satuan satuan organisasi yang masing
masing diserahi mengurus sekelompok aktivitas yang tergolong sejenis menurut
sifatnya atau pelaksanaan pekerjaan pekerjaan yang berkaitan
b. departementasi
berdasarkan wilayah : yaitu pembentukan satuan organisasi yang masing masing
diserahi tugas untuk mengurus satuan daerah tertentu, seperti perusahaan yang
memiliki cabang cabang diberbagai tempat
c. departementasi
berdasarkan produksi : yaitu pembentukan satuan satuan organisasi yang masing
masing diserahi aktivitas menghasilkan jenis barang tertentu.
d. Departementasie
berdasarkan langganan : yaitu pembentukan satuan organisais yang masing masing
melakukan kegiatan memberikan pelayanan kepada orang orang atau badan badan
tertentu yang datang secara tetap sebagai langganan
3. azas pembagian kerja : yaitu perincian serta pengelompokkan aktivitas aktivitas
yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakuakn oleh satuan
organisasi atau oleh seorang pejabat tertentu. Tujuan dari pembagia kerja
adalah : terdapatnya keseimbangan antara tugas yang dibebankan, serta
tanggungjawab dan kekuasaan.
4. azas delegasie kekuasaan : adalah penyerahan sebagia hak untuk
mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawabnya dapat
dilaksanakan dengan baik dan pejabat yang satu kepada pejabat yang lain.
Delegasi kekuasaan terbagi dalam dua kategori :
a. sentralisasi :
pimpinan organisasi merypakan sumber terakhir pada tingkat tertinggi untuk
memberikan wewenang dan bersifat tunggal.
b. Desentralisasi
: wewenang dilimpahkan kepada lebih dari satu orang dimana masing masing orang
bekerja sebagai satu kesatuan.
5. azas kesatuan komando : bahwa tiap tiap pejabat dalam
organisasi hendaknya hanya dapat diperintah dan bertanggungjawab kepada seorang
pejabat atasan tertentu.
6. azas koordinasi : bahwa adanya keselarasan aktivitas diantara satuan
satuan organisasi dan keselarasan tugas diantara para pejabatnya.
7. azas rentang pengwasan /span of control : bahwa seberapa orang setepat tepatnya
harus berada dibawah kekuasaan pimpinan sehingga sang pimpinan mampu mengadakan
pengawasan terhadap pelaksanaan perintah perintahnya.
8. azas jenjang organisasi: adalah tingkat tingkat satuan
organisasi yang didalamnya terdapat pejabat,tugas serta wewenang tertentu
menurut kedudukannya dari atas ke bawah dalam fungsi tertentu.
9. azas flexibilitas: bahwa struktur organisasi harus mudah dirubah untuk
disesuaikan denga perubahan perubahan yang terjadi tanpa mengurangi aktivitas
sedang berjalan
10. azas berkelangsungan: suatu organisasi dibentuk, diharapkan akan berjalan
terus dan tidak berhenti untuk sebuah alasan
11. azas keseimbangan: penempatan satuan satuan organisasi kedalam struktur
harus sesuai dengan peranannya.
c.
Faktor-Faktor
Yang Diperlukan Dalam Menyusun Organisasi Sekolah
Sebenarnya
pedoman untuk menyusun organisasi sekolah yang baik tidak mudah ditentukan.
Perbedaan sekolah yang satu dengan yang lainnya adalah salah satu penyebab
kesulitan itu. Tetapi sangat mungkin apabila sekolah yang sejenis mempunyai
organisasi yang sama atau seragam dalam hal struktur atau susunannya.
Di
bawah ini kami mengemukakan beberapa factor yang mempengaruhi perbedaan susunan
oragnisasi sekolah.
1. Tingkat
Sekolah
Kita ketahui
bahwa berdasar tingkatnya sekolah-sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan
atas:
a. Sekolah
dasar (SD).
b. Sekolah
lanjutan tingkat pertama (SLTP).
c. Sekolah
lanjutan tingkat atas (SLTA).
d. Peguruan
tinggi.
Catatan:
Taman kanak-kanak adalah lembaga
pendidikan prasekolah yang bertujuan mempersiapkan dan mengembangkan
kepribadian anak-anak agar cukup matang untuk memasuki jenjang sekolah yang
pertama.
Tentunya dapatlah kita bayangkan bahwa
tugas-tugas kegiatan-kegiatan pendidikan
yang baik yang bersifat kurikuler majupun yang ekistrakulikuler dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan pada masing-masing tingkat sekolahtersebut sangat
berbeda. Perbedaan tingkat berarti perbedaan usia sekolah.
Dengan demikian keadaan fisik dan perkembangan jiwa ana jelas berbeda
antara aak tingkat yang satu dengan tingkat sekolah berikutnya. Sebagai contoh:
misalnya disekolah dasar sekarang biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan
(Guidance and Counseling), sebab
masalah ini merupakan tugas rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini
pemerintah cq. Departemen P dan K tidak atau belum mengangkat seorang
pembimbing khusu bagi Sekolah Dasar.
Lain halnya pada sekolah lanjutan,
disekolah ini biasanya sudah tersedia satu orang tenaga konselor ( pembimbing)
dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karenaitu biasanya di sekolah
lanjutan dalam struktur oragnisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conunseling).
Diatas ini baru sekedar contoh
perbedaan, masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada
sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada Sekolah Dasar, misalnya masalah
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan
perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan
pengembangan kurikulum /program pendidikan dan pengajaran.
Belum lagi apabila kita bicarakan
organisasi perguruan tinggi , disini kita jumpai banyak boding tugas yang
ditangani secara khusus lebiih baya dari pada tugas-tugas dari sekolah
lanjutan. Disamping itu ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban
tugas tri dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, dan pengabdian masyarakat
memungkinkan perguruan tinggi berkembag secara otonom, sehingga semakin
bervariasi susunan oerganisasinya.
1. Jenis
sekolah
Berdasarkan
jenis sekolah kita membedakan ada sekolah umun da kejuruan. Sekolah umum adalah
sekolah yang program pendidikannya bersifat umum da bertujuan utama untuk
memberikan bekal pengetahuan da kecakapan untuk melanjutkan studi ketingkat
yang lebih tinggi lagi. Sekolah ini tida lain SMP dan SMU.
Sedangkan
yang dimaksud sekolah kejuruan ialah sekolah-sekolah yang program pendidikannya
mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan khusus agar setelah
selesai studinya, anak didik langsung dapat memasuki dunia kerja dalam
masyarakat. Sekolah-sekolah kejuruan antara lan Sekolah Menengah Ekonomi atas
(SMEA), Sekolah Teknik Menengah (STM).
Sekolah Teknologi Kerumah Tanggaan (SMTK), Sekolah Pertanian Menengah
Atas (SPMA), dan sebagainya.
Ditingkat
SLTP kita jumpai sekolah menengah ekonomi pertama (SMEP), dan sekolah
kesejahtraan keluarga pertama (SKKP), walaupun pada masa-masa mendatang
tampaknya ada kecendrungan pemerintah untuk “menciutkan” jumlah sekolah
kejuruan pada tingkat SLTP ini.
Kiranya
kita dapat memaklumi dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum) da
tujuan yang hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan
jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat
digambarkan antara lain sebagai berikut.
a. Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas (kordinator) praktikum, pada sekolah umum
tidak.
b. Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenagakerjaan/ penempatan alumni,
sedangkan pada sekolah umum tidak.
Demikianlah,
beberapa perbedaan lainnya masih dapat kita kemukakan di lapangan.
2. Besar
kecilnya sekolah
Sekolah yang besar tentu memiliki jumlah
murid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang
memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal
da ketentuan yang berlau.
Dibawah ini kami sajikan bebrapa contoh
tipe sekolah yang kami kutip dari buku pedoman pembakuan bangunan dan perabot
sekolah yang diterbitkan oleh proyek pembakuan sarana pendidikan departemen
pendidikan dan kebudayaan tahun1978. Dengan memperhatikan tipe-tipe sekolah ini
kita dapat mana sekolah-sekolah yang
besar dan mana yang kecil, sehingga gambaran kita tentang organisasi sekolah
yang bersangkutan akan berlawanan pula.
3. Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sebuah sekolah
dasar yang ada di pedesaan akan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut berbeda
dengan sekolah dasar yang yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan
pertama yang kini mulai hampir disetiap daerah kecamatan, kegiatan dan
programnya tentulah berbeda dengan sekolah lanjutan di kota apalagi kota-kota
besar. Kegiatan yang dimaksudkan dalam hal ini adala kegiatan ekstra kurikuler
maupun kegiatan kurikuler seperti tugas pada laboratorium sekolah dan kegiatan
pengabdian pada masyarakat.
Dari segi keadaan lingkungan
atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani,
masyarakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dll. Perhatian
kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan khususnya
pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti menunjukkan berbagai variasi
perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan struktur organisasi skolah, hal-hal
tersebut perlu diperhatikan.
Pengertian Lain dari Organisasi
Organisasi
mahasiswa merupakan salah satu jenis organisasi yang ada di masyarakat.
Organisasi mahasiswa merupakan suatu cerminan kepemimpinan yang terjadi dalam
lingkungan kampus. Organisasi ini berdiri karena melihat perlunya mewujudkan
aspirasi dari mahasiswa secara keseluruhan dalam menunjang kegiatan akademik
dari mahasiswa itu sendiri. Dalam menjalankan roda organisasi tentu terdapat
kekurangan di dalamnya sebagai berikut:
a. Kurangnya peran
dari ketua ormaju dan senat dalam memainkan tiga peran yang harus dilakukan
yaitu peran interpersonal, peran informasi, dan peran pengambilan keputusan.
Peran interpersonal erat kaitannya dengan hubungan antara ketua ormaju/senat
dan orang-orang di sekitarnya. Peran informasi sebagai hasil dari interaksi
yang dilakukannya dengan pihak lain baik dari dalam maupun dari luar organisasi
untuk memperoleh informasi yang penting. Peran pengambilan keputusan lebih
tertuju pada kemampuan ketua ormaju/senat dalam mengambil keputusan yang tepat.
b. Kurang mampunya
menerapkan fungsi-fungsi manajemen seperti planning, organizing, actuating,
staffing, dan controlling.
c. Kurangnya jiwa
intrepreneur dan entrepreneur dalam pengelolaan organisasi baik di tingkat
senat maupun ormaju.
d. Kurang memahami
rencana strategis dalam pengelolaan organisasi terkait dengan visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran.
e. Kurangnya
perasaan memiliki terhadap organisasi secara keseluruhan.
f. Kurangnya
tanggung jawab dari pengurus dalam mengelola organisasi.
g. Kurangnya
kemampuan organisasi dalam melaksanakan program kerja yang telah direncanakan.
h. Kurangnya
kemampuan organisasi dalam membangun informasi dan komunikasi terhadap warga
secara keseluruhan.
i.
Adanya sebagian orang menjadikan organisasi sebagai
kebutuhan aktualisasi diri.
Kader adalah
orang yang akan dipersiapkan untuk melanjutkan kepengurusan dalam suatu
organisasi di masa kan datang. Kontinuitas organisasi dapat dilihat dari
seberapa besar usaha organisasi untuk menghasilkan kader-kader yang
berkualitas. Dengan adanya kader maka tongkat estafet kepemimpinan dari suatu
organisasi dapat terbina dengan baik. Aset dari suatu organisasi terletak pada kualitas dan
kuantitas kader.
Tidak dapat
dipungkiri organisasi mahasiswa bukan berorientasi pada profit tetapi
berorientasi pada nilai-nilai sosial. Artinya orb mahasiswa tidak dapat
dijadikan sebagai mata pencaharian tapi dapat dijadikan sebagai sumber
nilai-nilai pembelajaran. Hal ini seharusnya sudah ada dari kader dalam
organisasi mahasiswa. Artinya nilai juang dan pemahaman yang tinggi dari kader
sangat dibutuhkan sehingga dimasa pergantian kepemimpinan, kader tersebut tetap
memiliki nilai juang yang tinggi tanpa pamrih.
Nilai-nilai
organisasi mahasiswa harus sudah sejak dini ditanamkan kepada kader sewaktu
memasuki dunia kampus sehingga kader dapat tetap meneruskan nilai-nilai
organisasi tersebut tanpa menghambat kreativitas dari kader. Dengan adanya
nilai-nilai ini akan menjadikan pembentukan pola pikir dalam diri setiap kader
bahwa nilai tersebut merupakan alasan dari keberadaan suatu organisasi.
C.
Latar Belakang perlunya Manajemen
Bimbingan Konseling
Manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan
dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan
dan konseling, menggerakkan sumber daya
manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi
sumber daya manusia agar kegiatan
bimbingan dan konseling mencapai tujuan serta
mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengetahui apakah
semua kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan mengetahui
bagaimana hasilnya.
Dipahami
bahwa Sugiyono mendefinisikan Manajemen bimbingan dan konseling dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian hingga evaluasi demi mencapai tujuan, Thantawy menjelaskan
manajemen bimbingan dan konseling sebagai
upaya mendayagunakan sumber daya dan sistem informasi yang ada. Disini ditekakan subyek yang jelas yaitu kepala
sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolah yang bersangkutan yang bertanggung jawab dalam
pencapaian tujuan bimbingan dan konseling,
sedangkan Ridwan hanya menitikberatkan pada proses pendayagunakan sumber daya
yang ada.
Dari
pendapat keduanya menunjukkan bahwa manajemen bimbingan dan koseling memerlukan subjek yang mengatur pengelolaan
dan pendayagunaan sumber daya yang ada di sekolah. Adapun sumber-sumber organisasi
sekolah yang perlu didayagunakan antara lain kemampuan pengelolaannya, dana yang terbatas,
bahan atau materi serta alat penunjang yang
terbatas pula, waktu tatap muka secara formal dan komunikasi yang sangat jarang
dengan siswa dan kesempatan siswa yang
hampir tidak ada. Orientasi manajemen perlu disertai dengan prinsip-prinsip
dalam penyusunan program dan pengambilan
keputusan dalam keseluruhan prosesnya. Kemudian, akhir dari penanganan perlu diseratai dengan
pertanggungjawaban dan pelaporannya. Untuk mewujudkan manajemen tersebut,
dikehendaki awal kegiatan bimbingan dan konseling pada perencanaan program yang didasarkan atas
penelaahan kebutuhan subjek sasaran (siswa)
dan kebiasaan-kebiasaan personil
pelaksana.
Jadi dapat
dipahami bahwa manajemen bimbingan dan konseling merupakan upaya mengelola pelaksanaan bimbingan dan
konseling dengan mendayagunakan semua sumber
daya yang ada di sekolah melalui pengaturan dan pemungsian semua fungsi manajemen
melalui koordinasi kepala sekolah dan kerjasama dari guru BK serta semua komponen sekolah. Dengan manajemen bimbingan dan konseling yang
baik diharapkan sistem bimbingan dan
konseling di sekolah dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan kegiatan
bimbingan dan konseling, serta dapat menegakkan
akuntabilitas bimbingan dan konseling.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi
muncul dan diperlukannya bimbingan dan konseling:
1.
Latar belakang historis
Sejarah tentang developing one’s potential
(pengembangan potensi individu) dapat ditelusiri masyarakat Yunani kuno. Mereka
menekankan tentang upaya untuk mengembangkan dan memperkuat individu melaui
pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi peranannya dimasyarakat. Mereka
meyakini bahwa dalam diri individu terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat
distimulasi dan dibimbing kearah tujuan-tujuan yang berguna, bermanfaat atau
menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Konselor yang
terkenal di Yunani kuno adalah Plato, karena dia telah menaruh perhatian yang
begitu besar terhadap pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut aspek
isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia juga
menaruh perhatian terhadap masalah-masalah:
a. Bagaimana membangun pribadi manusia
yang baik melalui asuhan atau pendidikan formal.
b. Bagaimana caranya supaya anak dapat
berfikir lebih efektif.
c. Teknik apa yang telah berhasil
mempengaruhi manusia dalam kemampuannya mengambil keputusan dan mengembangkan
keyakinannya.
Konselor yang lain diantaranya adalah Aristoteles (murid
Plato), Hippocrates dan para dokter lainnya yang menaruh perhatian
pada bidang psikologi.
2.
Latar belakang filosofis
Kata filosofis atau filsafat dalam
bahasa Arab yang berasal dari kata yunani yang berarti filosofia
(philosophia). Filsafat artinya cinta terhadap kebijaksanaan atu hikmah atau
ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam. John J. Pietrofesa et.al
mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam
bimbingan:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan
kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan atas hak-haknya untuk
mendapat bantuan.
b. Bimbingan merupakan proses
pendidikan yang berkesinambungan artinya bimbingan merupakan bagian intergal
dalam pendidikan.
c. Bimbingan harus respek terhadap
hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau pelayanan.
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok
khusus profesi kesehatan mental. Bimbingan dilaksanakan melaui kerjasama, dan
masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
e. Fokus bimbingan adalah membantu
individu merealisasikan potensi dirinya.
f. Bimbingan merupakan elemen
pendidikan yang bersifat individualisme, personalisasi dan sosialisai.
Pemikiran
dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanaan bimbingan
dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor khususnya yaitu membantu konselor
dalam memahami situasi konseling dan dalam memberi keputusan yang tepat.
3.
Latar belakang sosial budaya
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan
bimbingan:
a. Perubahan konstelasi keluarga
Terkait dengan masalah keluarga yang
disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi
perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti peristiwa
berikut ini:
1)
Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.
2)
Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah berlipat
ganda.
3)
Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda,
pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
4)
Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar
300%.
5)
Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir
6)
Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah
tindakan kekerasan (pemerkosaan).
7)
Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah
terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di
SMA.
b. Perkembangan pendidikan
Arah meluas tampak dalam pembagian
sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan
kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang
studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam berkembangnya
ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam
tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap
bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan
kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua
menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat
individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan
akan bimbingan di sekolah.
c. Dunia kerja
Dalam dunia kerja bimbingan dan
konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai macam perubahan diantaranya
sebagai berikut:
1)
Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak
memilki ketrampilan.
2)
Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang
profesional dan memiliki ketrampilan teknik.
3)
Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari
penerapan teknologi maju.
4)
Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
5)
Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara
pelayanan yang baru.
6)
Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia
muda dalam dunia kerja.
d. Perkembangan metropolitan
Dampak sosial yang buruk dari
pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota berkembang sebagai berikut:
1)
Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.
2)
Masalah pengangguran.
3)
Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan
lapangan kerja di kota.
4)
Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.
5)
Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah
kebutuhan penduduk.
6)
Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya angka
kematian anak.
e. Perkembangan komunikasi.
f. Seksisme dan rasisme.
Seksisme merupakan paham yang
mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainya.
Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu dari ras
yang lainnya.
g. Kesehatan mental
h. Perkembangan teknologi
Timbul dua masalah penting yang
menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat:
1)
Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat
mekanis-elektronik.
2)
Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang
menghendaki keahlian dan pendidikan khusus.
i.
Kondisi moral dan keagamaan
j.
Kondisi sosial ekonomi.
4.
Latar belakang religius
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya
ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya
menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling. Pembahasan landasan
religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam
proses bimbingan dan konseling. Pendekatan bimbingan dan konseling yang
terintegrasi di dalamnya dimensi agama, ternyata sangat disenangi oleh
masyarakat Amerika sekarang ini. Perlunya pengintegrasian nilai-nilai agama
dalam konseling, Marsha Wiggin Frame mengemukakan bahwa agama sepatutnya
mendapat tempat dalam praktek-praktek konseling atau psikoterapi, yang
berdasarkan alasan:
a. Mayoritas orang Amerika meyakini
Tuhan dan mereka banyak yang aktif mengikuti peribadatan.
b. Terdapat tumpang tindih dalam nilai
dan tujuan antara konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya membantu
individu agar dapat mengelola berbagai kesulitan hidupnya.
c. Banyak bukti empirik yang
menunjukkan bahwa keyakinan beragama telah terkontribusi secara positif
terhadap kesehatan mental.
d. Agama sudah sepatutnya
diintegrasikan ke dalam konseling dalam upaya mengubah pola pikir yang berkembang
di akhir babad-20.
e. Kebutuhan yang serius untuk
mempertimbangkan konteks dan latar balakang budaya klien, mengimplikasikan
bahwa konselor harus memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang peranan agama
dalam budaya.
5.
Latar belakang psikologis
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam
proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan
lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai
perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu
berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang
dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau
diskontinuitas perkembangan.
Urgensi
bimbingan dan konseling
Ada beberapa alasan dibutuhkannya bimbingan dan konseling
pada setiap bidang, diantaranya:
1. Perkembangan
IPTEK.
Karena di era modern ini semakin maju
dan berkembang, sehingga antara manfaat dan kerugiannya sangat tipis
perbedaannya. Dampak perkembangan IPTEK ini sebagai berikut:
a. Menimbulkan
perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti: sosial, budaya,
politik, ekonomi, industri, dan lain sebagainya.
b. Berkembangnya
sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu.
c. Timbul masalah
hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan lain
sebagainya.
d. Membawa dampak
positif dan negatif, pertumbuhan penduduk semakin kompleks masalahnya.
e. Berpengaruh
dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Lembaga
pendidikan bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
(berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi. Sehingga layanan bimbingan dan konseling sangat
diperlukan.
2. Makna dan
fungsi pendidikan
Dalam konteks Islam, pendidikan
bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk
membentuk manusia lebih berkualitas. Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya
kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik.
3. Guru
Tugas utama guru selain sebagai
pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar dan pembimbing terintegrasi
dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu:
a. Mengenal dan
memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun kelompok.
b. Memberikan
berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
c. Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
karakteristik pribadinya.
d. Membantu
(membimbing) setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
e. Menilai
keberhasilan siswa
Guru mewujudkan fungsi dan peran
seperti di atas merupakan suatu keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru
untuk menguasi bimbingan dan konseling.
4. Faktor
psikologis
Terdapat perbedaan individual antara
siswa satu dengan yang lain. Masalah-masalah psikologis yang timbul pada siswa
menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain
melalui layanan dan bimbingan konseling. Beberapa masalah psikologis yang
menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling, diantaranya:
a. Masalah
perkembangan individu.
b. Masalah
perbedaan individu.
c. Masalah
kebutuhan individu.
d. Masalah
penyesuaian diri.
e. Masalah
belajar.
Pada hakikatnya manusia mengalami
masalah-masalah yang kadang sulit untuk dipecahkan sehingga membutuhkan bantuan
dari orang lain. Kalau orang terdekat misalnya keluarga tidak dapat membantu
maka dibutuhkan bimbingan dan konseling untuk membantu memecahkan masalah
tersebut.
1. Layanan
bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dengan keseluruhan program
pendidikan.
2. Layanan bimbingan dan konseling
merupakan pekerjaan tim (team work).
3. Program bimbingan merupakan
pekerjaan tim -> memerlukan adanya pembagian tugs (deskripsi tugas) yang jelas.
4. Adanya deskripsi tugas jelas ->
dapat mewujudkan mekanisme kerja
yang lancer.
5. Program BK
perlu dievaluasi dan dikontrol
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah Proses penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Organisasi yaitu aktivitas dalam membagi kerja,
menggolong-golongkan jenis pekerjaan, memberi wewenang, menentapkan saluran
perintah dan tanggung jawab kepada pelaksana. Sedangkan manajemen bimbingan dan
konseling adalah kegiatan yang diawali
dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas
dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling, menggerakkan sumber
daya manusia untuk melaksanakan kegiatan
bimbingan dan konseling, memotivasi sumber
daya manusia agar kegiatan bimbingan dan konseling mencapai tujuan serta mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling
untuk mengetahui apakah semua
kegiatan layanan sudah
dilaksanakan dan mengetahui bagaimana hasilnya.
B.
Saran
Diharapakan mahasiswa
dapat memahami dari pembahasan diatas mengenai Manajemen, organisasi serta
latar belakang diperlukannya manajemen bk sehingga dapat mengaplikasikannya
dengan baik di lingkungan sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.B.Suryosubroto.2004.Manajemen Pendidikan Di Sekolah:Jakarta.PT
RINEKA CIPTA.
Prof.
DR.Made Pidarta.2004.Manajemen Pendidikan
Indonesia:Jakarta.PT RINEKA CIPTA.
DR.
Nanang Fatah.2009.Landasan Manajemen
Pendidikan:Bandung.PT REMAJA ROSDAKAR
Komentar
Posting Komentar